Rabu, 28 Juli 2010

Obat Sariawan Untuk Bayi dan Makanan Pemicu Sakit Sariawan


Dot yang terlalu keras dan keseringan minum obat juga bisa membuat si kecil
menderita penyakit ini.
Sariawan pada bayi kerap bikin bingung orang tua. Malah banyak yang tidak
menyangka kalau anak berusia 0-12 bulan bisa mengalaminya. Jadi ketika si kecil rewel berkepanjangan dan enggan makan maupun menyusu, kita tak pernah
mengaitkannya dengan kemungkinan penyakit tersebut. Padahal, sariawan bisa
menimpa siapa saja. Bahkan sekitar 20 persen populasi berisiko terkena
sariawan, termasuk bayi.

Jadi mulai sekarang, saat si kecil menujukkan rewel yang tidak biasa dan
menolak minum/makan, coba periksa bagian mulutnya. Ciri-ciri fisik sariawan
pada bayi hampir sama kok dengan sariawan orang dewasa, yakni adanya bintik
putih yang dilingkari lingkaran berwarna merah. Namun jangan keliru, pada bayi
sering juga ditemukan tanda putih agak buram di langit-langit mulutnya. Sekilas
mirip sariawan, tapi sebenarnya adalah apstain pearl atau mutiara apstain. Ini
sifatnya fisiologis dan akan menghilang sendiri.

Sebagai informasi, penyakit dengan bahasa ilmiah stomatitis ini lebih sering
ditemukan pada bayi 6 bulan ke atas. Pada usia ini umumnya bayi baru tumbuh
gigi sehingga karena belum terbiasa dengan organ barunya tersebut bisa jadi ada
bagian mulutnya yang tergigit sehingga luka lantas memunculkan sariawan. Toh,
bukan berarti bayi di bawah 6 bulan akan terhindar sepenuhnya dari penyakit
ini. Hanya saja, menurut dr. Stephanus J. Sarmili, Sp.A., kemungkinan
kejadiannya lebih jarang karena ia masih memiliki sisa antibodi dari ibu,
terutama bayi yang diberi ASI eksklusif.

RAGAM PEMICU SARIAWAN

Selanjutnya spesialis anak Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jakarta, ini
menjabarkan pemicu sariawan pada bayi:

* Makanan/Minuman Panas

Mulut bayi belum sekuat orang dewasa. Jadi hati-hati saat membuatkan
makanan/minuman bagi si kecil. Selalu periksa keadaan suhunya; masih kepanasan atau sudah cukup hangat untuk diterima mulut mungilnya. Justru anggapan bahwa susu yang memancar terlalu kencang dari botol bisa memicu terjadinya sariawan ternyata tidak tepat. Kecuali jika susu tersebut bersuhu tinggi. Jadi penyebabnya bukan kekuatan pancarannya tapi, sekali lagi, karena suhu yang panas.

* Traumatik

Yang dimaksud traumatik di sini, mulut anak terluka oleh sesuatu; entah karena
gusinya tergigit atau terkena gesekan dot yang terlalu keras. Seperti yang
sudah disinggung, kejadian luka pada gusi bayi bisa berkaitan dengan
ketidaknyamanan bayi akibat giginya yang baru tumbuh. Antisipasinya, coba
berikan ia teether (mainan khusus untuk digigit-gigit) sehingga rasa tidak
nyamannya dapat berkurang. Gesekan dot yang berkontur agak kasar dan terbuat dari karet yang keras juga memungkinkan munculnya sariawan. Jadi sebaiknya gunakan dot yang dibuat dari bahan lunak dan lentur seperti dari silikon.

* Zat kimia

Pemakaian obat-obatan yang terlalu lama umpamanya pada bayi yang harus
mengonsumsi obat untuk menyembuhkan vlek pada paru-parunya bisa memunculkan sariawan. Zat kimia yang dikandung dalam obat bersifat asam. Bila tersisa di mulut bisa memicu sariawan karena proses pengasaman akan mengundang datangnya bakteri. Untuk itu, sedapat mungkin, setelah meminumkan obat, minumkan bayi air putih sehingga sisa-sisa obat tidak menempel di gusi maupun dinding mulut.

AKAN SEMBUH SENDIRI

Yang perlu dicermati, faktor makanan/minuman terlalu panas, traumatik, ataupun
zat kimia, merupakan pemicu bukan penyebab. Menurut Stephanus, penyebab utama sariawan adalah virus yang menempel di mulut yang sedang terluka. "Ini sangat mungkin terjadi karena banyak virus bertebaran di udara. Nah ketika masuk ke dalam mulut kemudian menempel di luka akan memunculkan sariawan."

Sebenarnya dalam rentang 10-14 hari biasanya sariawan akan sembuh dengan
sendirinya. Namun pada bayi perlu pena- nganan segera karena sariawan dapat
menimbulkan gejala- gejala penyerta (simtomatis) yang membuatnya tidak nyaman.
"Bila tidak diobati, memang relatif tidak ada bahaya yang mengancam jiwa bayi.
Masalahnya, sariawan menimbulan nyeri dan rasa yang tidak nyaman. Kalau tidak ditangani, bayi jadi tidak mau makan. Belum lagi ia akan terus-menerus rewel karena nyeri dan perut kosong. Nah, efek lanjutan inilah yang harus
diantisipasi," ujar Stephanus.

Jadi jika si kecil menderita sariawan, bawalah ia ke dokter. Biasanya dokter
akan meresepkan beberapa obat untuk menghilangkan gejala-gejala simtomatis.
Misalnya, obat penghilang nyeri yang dirasakan, obat penurun panas untuk mengurangi demam yang bisa muncul akibat rasa nyeri yang diderita, dan lainnya.
"Yang jelas tidak ada obat untuk menyembuhkan sariawannya karena hingga kini
memang belum ada obat untuk itu."

Bagaimana dengan vitamin C? Memang ada yang mengaitkan sariawan dengan
kekurangan vitamin C sehingga pengobatan seringkali disertai dengan pemberian
vitamin tersebut. Sebenarnya, vitamin C selain untuk meningkatkan daya tahan
tubuh juga membantu epitelisasi, yakni proses pembentukan sel-sel/jaringan
baru, termasuk yang ada di dalam mulut. "Diharapkan, dengan pemberian vitamin C proses penyembuhan luka bisa lebih cepat terjadi," kata Stephanus.

SARIAWAN SEPERTI HFMD

Ingat kan penyakit "impor" dari Singapura yang disebut HFMD (Hand-
Foot-Mouth-Disease) yang sempat menghebohkan Indonesia? Nah, penyakit yang diindonesiakan menjadi penyakit tangan kaki dan mulut ini memiliki salah satu gejala yang tak berbeda jauh dengan sariawan. Pada mulut penderita akan muncul bintik-bintik putih, mirip sariawan. Bedanya penyakit yang disebabkan virus flu singapura (coxsackievirus) ini bisa memicu demam pada bayi hingga 41° C.
Sementara sariawan kalaupun sampai memunculkan demam tidak akan mencapai suhu setinggi itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar